Ilustrasi |
Unsur pertama dalam pemahaman Kristen tentang Dosa dan Penebusan Dosa adalah, Tuhan itu adil, dan menerapkan keadilan alamiah. Dia tidak mengampuni dosa-dosa tanpa memungut ganti-rugi; sebab hal itu bertentangan dengan norma-norma keadilan mutlak. Sifat Tuhan yang satu inilah yang membuat penting versi Kristen mengenai penebusan dosa itu.
Unsur kedua adalah, manusia berdosa karena Adam dan Hawa telah melakukan dosa. Sebagai akibatnya, anak keturunan mereka mulai memperoleh dosa warisan, seolaholah dosa itu telah ditanamkan dalam gen-gen mereka, dan sejak itu, semua anak keturunan Adam lahir sebagai pendosa-pendosa turunan.
Unsur ketiga dari dogma ini adalah, seorang manusia berdosa tidak dapat menebus dosa-dosa yang dilakukan oleh orang lain: hanya seorang yang tidak berdosalah yang dapat melakukannya. Berdasarkan ini, menjadi jelas mengapa, menurut pemahaman Kristen, tidak ada nabi Allah betapa pun baik dan dekatnya ia dengan kesempurnaan, dapat mensucikan umat manusia dari dosa atau menyelamatkan mereka darinya serta akibat akibatnya. Sebagai seorang anak Adam, nabi itu tidak dapat menghindari unsur dosa bawaan, yang dengannya dia telah dilahirkan. Ini adalah sebuah garis besar sederhana dari seluruh ajaran tersebut. Berikut ini pemecahan yang dipaparkan oleh para theolog Kristen.
Penebusan Dosa Umat Manusia
Untuk memecahkan persoalan yang tampaknya tidak terpecahkan ini, Tuhan telah menyusun sebuah rencana yang cemerlang. Tidak jelas apakah Dia telah membincangkannya dengan Anak-Nya; atau mereka berdua yang telah menyusunnya secara bersama-sama; atau hal itu keseluruhannya merupakan ide Tuhan Anak, kemudian diterima oleh Tuhan Bapak. Bentuk-bentuk rencana itu yang telah dibukakan pada zaman Kristus adalah sebagai berikut: dua ribu tahun yang lalu Sang Anak Tuhan yang secara harfiah turut menikmati keabadian dengan Tuhan, telah dilahirkan melalui seorang perempuan. Sebagai "Anak Tuhan," dia memiliki kedua-duanya, sifat-sifat sempurna manusia dan juga sifat-sifat sempurna Tuhan Bapak. Berikutnya kita diberitahukan bahwa seorang perempuan perawan yang saleh, bernama Maryam, telah dipilih untuk menjadi ibu bagi "Sang Anak Tuhan." Dia telah mengandung Yesus karena berhubungan dengan Tuhan. Dalam kaitan ini, sebagai seorang Anak hakiki Tuhan, Yesus telah lahir tanpa dosa, tetapi walau bagaimana pun dia memiliki sifat-sifat dan wujud manusia. Demikianlah Yesus suka-rela mempersembahkan dirinya untuk memikul beban seluruh dosa umat manusia yang mau mengimaninya serta menerimanya sebagai juru selamat. Melalui muslihat cerdik ini, dinyatakan, Tuhan telah mengelak mengkompromikan sifat abadi-Nya sebagai Yang Maha Adil Mutlak.
Ingat, berdasarkan modus operandi (sistim kerja) ini, tidak ada manusia yang tidak akan dihukum, bagaimana pun dosa yang dia perbuat. Tuhan masih tetap dapat memungut ganti rugi dari seorang pelaku dosa tanpa mengkompromikan rasa keadilan yang Dia miliki. Perbedaan satu-satunya antara hal itu dengan kedudukan sebelumnya, yang bertanggung-jawab terhadap perubahan dramatis ini adalah kenyataan bahwa Yesus lah yang akan dihukum dan bukan anak-anak laki-laki maupun anak-anak perempuan Adam yang penuh dosa. Merupakan pengorbanan Yesus yang pada akhimya menjadi sarana dalam menebus dosadosa anak-keturunan Adam.
Betapa pun aneh dan ganjilnya logika tersebut, demikianlah yang diakui telah terjadi. Yesus suka-rela mempersembahkan diri beliau, dan akibatnya beliau telah dihukum atas dosa-dosa yang tidak pernah beliau lakukan.
Dosa Adam dan Hawa
Mari kita periksa kembali kisah Adam dari permulaan. Tidak ada satu langkah pun dalam ajaran tersebut di atas yang diterima oleh akal sehat dan logika manusia.
Pertama-tama, dinyatakan bahwa karena Adam dan Hawa melakukan dosa, anak keturunan mereka pun jadi tercemar oleh dosa secara genetika dan selamanya. Berbeda dengan itu, ilmu pengetahuan genetika mengungkapkan bahwa pemikiran-pemikiran dan amal perbuatan manusia, apakah itu baik atau buruk, bahkan walau terus menerus hal itu melekat di sepanjang hidup seseorang manusia, tidak dapat ditransfer dan ditanamkan ke dalam sistem reproduksi manusia. Panjangnya suatu umur terlalu pendek untuk menjalani suatu peran dalam membawakan perubahan yang demikian besar; bahkan keburukan-keburukan orang dari generasi ke generasi atau amal-amal mereka yang baik berkenaan dengan hal tersebut, tidak bisa diwariskan/ditransfer kepada keturunan mereka sebagai sifat-sifat genetik. Boleh jadi diperlukan jutaan tahun untuk melekatkan suatu karakter baru pada gen (plasma pembawa sifat pada keturunan) manusia.
Bahkan melalui wawasan imajinasi seseorang yang sangat tidak masuk akal serta yang tidak dapat diterima sekalipun seseorang akan mampu merasakan kejadian yang ganjil seperti itu, maka hal yang sebaliknya pun harus dapat diterima dengan logika yang sama.
Artinya, jika seorang pelaku dosa bertobat dan tarnpil suci pada akhir hidupnya, maka perbuatan itu harus terekam dalam sistim genetika; yang secara efektif membatalkan dampak-dampak dosa terdahulu. Secara ilmiah hal ini tidak mungkin dapat terjadi, tetapi yang pasfi ada hal yang lebih masuk-akal dalam gambaran ini dibandingkan dengan membayangkan bahwa hanya kecenderungan terhadap dosa saja yang secara genetika dapat ditanamkan dan bukan kecenderungan untuk berbuat baik.
Kedua, dengan berupaya memecahkan permasalahan Adam melalui pemaparan bahwa dosa ditransfer secara genetika kepada anak keturunan Adam di masa mendatang, yang sudah dicapai dari itu semua justru suatu penghancuran total terhadap pondasi dasar yang merupakan landasan bagi ajaran Kristen tentang "Dosa dan Penebusan Dosa." Jika Tuhan itu secara mutlak memang Maha Adil, maka di mana letaknya rasa keadilan dengan menghukum secara kekal seluruh anak keturunan Adam dan Hawa akibat dosasementara yang mereka lakukan berdua dan yang untuknya mereka telah bertobat? Justru itu adalah dosa yang karenanya mereka berdua telah dijatuhi hukuman berat dan diusir secara hina dari surga. Sikap adil apa namanya bagi Tuhan, yang setelah menghukum Adam serta Hawa karena dosadosa pribadi mereka, masih juga rasa dendam-Nya belum reda dan menghukum seluruh umat manusia dengan suatu penderitaan yang tak tertolongkan, yaitu lahir sebagai pendosa-pendosa turunan? Peluang apa yang dimiliki anakanak Adam untuk melarikan diri dari dosa? Jika kedua orangtua melakukan suatu kesalahan, mengapa anak-anak mereka yang tak berdosa itu harus menderita secara kekal akibat kesalahan tersebut?
Dengan demikian, betapa telah berubahnya rasa keadilan yang diakui dimiliki dan diterapkan oleh Tuhan, jika Dia menghukum orang-orang yang memang sudah dirancang untuk berperan penuh dosa, walau betapa pun mereka tidak menyukai dosa? Dosa sudah merupakan bagian dan bingkisan dalam mekanisme mereka. Tidak ada peluang lagi bagi seorang anak Adam untuk menjadi suci dari dosa. Jika dosa merupakan suatu kejahatan, akal menuntut bahwa seharusnya hal itu merupakan kejahatan Sang Pencipta, bukan kejahatan makhluk ciptaan. Dalam bentuk demikian, keadilan apa yang menuntut hukuman terhadap orang yang tak bersalah akibat kejahatan-kejahatan para pelaku kejahatan?
Jauh berbeda dari pemahaman Kristen tentang dosa dan akibat-akibatnya, adalah pernyataan Alquran Suci, yang berbunyi:
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (Al-Fathir: 18)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Al-Baqarah : 2:286.)
Dibandingkan dengan konsep Kristen tentang "Dosa dan Penebusan Dosa," pernyataan-pemyataan Alquran Suci ini merupakan musik murni bagi j iwa.
Sekarang mari kita beralih pada keterangan Bibel tentang apa yang sebenarnya telah terjadi pada masa dosa Adam dan Hawa serta dampak-dampak yang berlaku atas hukuman mereka. Menurut Kitab Kejadian, Tuhan telah mengabulkan permintaan maaf mereka hanya sebagian, sedangkan sebuah hukuman kekal telah dikenakan kepada mereka, sebagaimana yang tertera berikut ini:
Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu."
Lalu firman-Nya kepada Adam: "Karena engkau mendengar perkataan istrimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu; semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." (Kejadian 3:16-19).
Umat manusia sudah lama ada sebelum kelahiran Adam dan Hawa. Para ilmuwan Barat sendiri telah menemukan peninggalan-peninggalan banyak manusia prasejarah dan memberikan berbagai nama khusus pada mereka. Manusia Neanderthal mungkin yang paling banyak diketahui secara luas. Manusia-manusia Neanderthal ini hidup antara 100.000 hingga 35.000 tahun lalu, kebanyakan di kawasan Eropa, Timur Dekat, dan Asia Tengah. Sisa tubuh seorang manusia dewasa telah ditemukan, yang menjelajahi bumi sekitar 29.000 tahun sebelum Adam dan Hawa diketahui memulai masa menetap mereka yang singkat di surga. Pada masa itu, umat manusia secara fisik menyerupai kita dan hidup di Eropa, Afrika serta Asia, dan kemudian pada Zaman Es mereka menyebar ke Amerika. Demikian pula di Australia, sejarah kebudayaan asli orang-orang Aborigin dapat ditelusuri hingga 40.000 tahun yang lalu
Dibandingkan dengan zaman-zaman yang relatif masih dekat itu, kerangka seorang wanita dari Hedar di Ethiopia telah ditemukan berusia 2,9 juta tahun. Sekarang berdasarkan kronologi Bibel, Adam dan Hawa hidup sekitar 6.000 tahun yang silam. Seseorang dapat melihat ke belakang dengan penuh takjub pada sejarah yang tercatat tentang umat manusia, atau Homo Sapiens sebagaimana nama yang diberikan kepada mereka dalam bahasa ilmiah.
Penderitaan Manusia Berkelanjutan
Dengan membaca keterangan Bibel bagaimana Adam dan Hawa telah dihukum, seseorang tidak dapat menahan rasa herannya, apakah rasa sakit dan perih dalam melahirkan tidak dialami oleh para perempuan hingga datangnya zaman Adam dan Hawa? Seorang ilmuwan sulit untuk mempercayai khayalan-khayalan semacam itu. Sekali lagi, kita memiliki banyak bukti yang tidak terbantah bahwa jauh sebelum Adam dan Hawa, manusia telah menghuni seluruh benua di bumi ini, juga kepulauan-kepulauan terpencil di Pasifik, dan mereka selalu menjalani proses melahirkan yang sulit untuk selamat. Oleh sebab itu, mengatakan bahwa Adam dan Hawalah yang pertama kali melakukan dosa sehingga akibat itu proses melahirkan yang sangat sakit telah ditetapkan sebagai hukuman, terbukti salah sama sekali dengan mempelajari kehidupan. Bahkan hewan-hewan, yang lebih rendah dalam ordo kehidupan, melahirkan dengan rasa sakit. Jika seseorang menyaksikan seekor sapi melahirkan anaknya, penderitaan sapi itu serupa dengan penderitaan seorang perempuan. Banyak hewan, yang kita ketahui, telah menghuni bumi ini jutaan dan jutaan tahun sebelum Adam dan Hawa.
Meraih penghidupan dengan bekerja adalah biasa bagi manusia, tetapi bukanlah istimewa sama sekali. Kaum wanita juga bekerja untuk pencaharian dan penghidupan mereka. Sebelum itu, setiap spesies kehidupan mendapatkan penghidupan mereka dengan bekerja. Kenyataan ini merupakan kunci penggerak bagi evolusi kehidupan. Upaya gigih untuk tetap mempertahankan keberadaan, mungkin merupakan tanda pertama yang istimewa bagi kehidupan, yang memisahkannya dari dunia benda-benda mati. Ini adalah suatu gejala alami, yang tidak ada sedikit pun kaitannya dengan dosa.
[post_ads_2]
Kembali, jika ini merupakan hukuman yang dinyatakan sebagai akibat dosa Adam dan Hawa, maka seseorang akan heran, apa yang bakal terjadi setelah Penebusan Dosa? Jika Yesus Kristus telah menebus dosa-dosa umat manusia yang berdosa, apakah hukuman yang dinyatakan bagi dosa Adam dan Hawa itu telah dihapuskan setelah peristiwa Penyaliban? Apakah orang yang mengimani Yesus Kristus sebagai "Anak Tuhan, jika mereka perempuan, tidak lagi merasakan sakit sewaktu melahirkan? Apakah orang-orang yang beriman mulai memperoleh penghidupan mereka tanpa melakukan kerja keras seperti biasa? Apakah kecenderungan terhadap dosa tidak lagi ditransfer kepada generasi-generasi mendatang dan anak-anak tidak berdosa mulai dilahirkan? Jika jawaban semua pertanyaan ini adalah "ya," maka sudah tentu akan timbul pembenaran dalam mempertimbangkan secara sungguh-sungguh falsafah Kristen tentang "Dosa dan Penebusan Dosa." Namun sayang, jawaban terhadap semua pertanyaan ini adalah tidak, tidak dan tidak. Jika memang tidak ada yang berubah, di dunia Kristen maupun non Kristen, sejak peristiwa penyaliban, maka apa artinya Penebusan Dosa?
Bahkan setelah [kedatangan] Yesus Kristus, rasa keadilan tetap mendikte umat manusia di seluruh dunia, yakni jika seseorang melakukan suatu dosa, maka hukuman bagi dosa tersebut harus diberikan kepada orang itu sendiri dan bukan kepada orang lain. Semua laki-laki maupun perempuan harus merasakan sendiri akibat-akibat dosa mereka. Anak-anak selalu lahir dalam keadaan tidak berdosa. Jika ini tidak benar, berarti sifat adil Tuhan telah dicampakkan.
Kami sebagai orang Islam mempercayai bahwa seluruh kitab samawi berlandaskan pada kebenaran abadi dan tidak ada yang dapat membuat pernyataan yang berlawanan dengan itu. Jika kami menemukan [berbagai] ketidakkonsekwenan dan pertentangan dalam suatu kitab yang disebut kitab samawi, sikap kami bukanlah mengingkari dan menolak secara keseluruhan, tetapi menelitinya dengan hatihati dan penuh simpati. Kebanyakan pemyataan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang kami dapati berbeda dengan kenyataan alam, kami mencoba mengadakan pendekatan melalui penelaahan terhadap beberapa pesan samar dan kiasan yang perlu diperhatikan, atau menolak bagian teks tersebut sebagai karya tangan manusia dan bukan dari Tuhan. Jika ajaran Kristen itu sendiri memang benar, ia seharusnya tidak mengandung penyimpangan apa pun, fakta-fakta yang tidak dapat diterima, atau kepercayaan--kepercayaan yang mendustai alam. Itulah sebabnya mengapa kami tidak memulai dengan penelitian tekstual, tetapi langsung pada dasar-dasarnya, yang melalui kesepakatan berabad-abad telah menjadi bagian-bagian falsafah Kristen yang tidak dapat dibantah. Salah satu ketidaksempurnaan itu diantaranya adalah pemahaman Kristen tentang "Dosa dan Penebusan Dosa." Saya lebih percaya bahwa seseorang, di suatu tempat dalam sejarah Kristen, keliru dalam memahami hal-hal tersebut dan mencoba menafsirkannya berdasarkan petunjuk pengetahuannya sendiri dan akibatnya dia telah menyesatkan generasi-generasi berikutnya.
Posting Komentar
Jika anda menyertakan link baik itu link hidup atau mati maka admin akan menghapus komentar anda..terima kasih