Apakah maksud 'kalimat' dalam ayat
yang artinya: "(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya
Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan)
dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya alMasih'Isa putera Maryam,
seorang terkemuka di dunia dan diakhirat dan termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah)" 34 dan apa maksud kata
'wajih/wijahah' (terkenal ) serta kata 'qurba' (dekat)?
Jawab:
Kata `kalimah' (kalimat)
adalah bentuk tunggal, dan bentuk jamaknya adalah `kalimat'. Maksudnya
adalah, bahwa nabi Isa diciptakan dengan kalimat, maka dijulukilah nabi Isa
dengan `Kalimatullah' (kalimat Allah), sebab nabi Isa diciptakan dan diadakan
dengan kalimat `kun' (kata perintah artinya: Jadilah!). Oleh sebab itu,
Allah berfirman tentang Yahya: "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan
kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari
Allah"
35
, maksudnya, membenarkan Isa
yang diciptakan dengan kalimat Allah. Oleh karena itulah ayat tersebut secara
lengkapnya mengatakan demikian: Allah menggembirakanmu dengan kelahiran anak
laki-laki yang kehadirannya melalui kalimat Allah, yaitu kalimat `kun,
fayakun'. Begitu juga dengan maksud ayat:
"Sesungguhnya al-Masih, Isa putera
Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang
disampaikanNya kepada Maryam.. . " 36 maksudnya, diciptakan dengan
kalimat yang dibawa Jibril as. kepada Maryam. Kalimat itu turun hingga menyentuh
faraj Maryam, seperti layaknya pertemuan antara ayah dan ibu. Dengan sebab itu
dinamailah Isa dengan `Kalimatullah', karena wujudnya ada dari kalimat `kun',
seperti disebutkan dalam ayat yang artinya: "Sesungguhnya penciptaan `Isa di
sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah,
kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah
dia." 37
Nabi Isa bukan kalimat itu sendiri,
tapi diciptakan dengan sebab kalimat. Kalimat bukan makhluk, tetapi Isa
diciptakan dengan Kalimat. Kalimat berasal dari Allah untuk menciptakan sekalian
makhluk, sebagaimana dijelaskan dalam ayat yang artinya: "Sesungguhnya
perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
"Jadilah!" maka terjadilah ia". 38
Menurut kolompok yang menamakan
dirinya al-Jahmiyah, Kalimat adalah makhluk. Sementara itu menurut umat Nasrani,
Kalimat Allah berasal dari Dzat Allah. Yang benar adalah paham Ahlussunah:
Kalamullah termasuk sifat (kebesaran) Allah, bukan makhluk. Isa diciptakan
dengan Kalimat, dan Isa bukanlah kalimat itu sendiri, berbeda jauh dengan yang
dipahami umat Nasrani.
Berikutnya, pengertian `seorang
terkemuka di dunia dan diakhirat', maksudnya adalah nabi Isa
mempunyai martabat, kedudukan dan kemuliaan di sisi Allah, seperti halnya nabi
Musa dalam ayat yang artinya: "...Dan adalah dia seorang yang
mempunyai kedudukan terhormat disisi Allah". Di antara bukti kedudukan
terhormat ini ialah dukungan yang diberikan kepada Musa berupa
mukjizat-mukjizat, keteguhannya dalam berdebat melawan kaumnya. Begitu juga
dengan kemutajaban doa Musa, pertolongan, pemeliharaan dan penjaagaan dari
musuh-musuh Allah yang berupaya mengalahkannya. Dengan alasan yang hampir serupa
dengan diterima nabi Musa, maka nabi Isa pun mendapat penjagaan dan pengawasan
Allah dari tipuan dan kebencian orang Yahudi, tetapi bentuk kedudukan yang
tinggi ini tidak mesti ditujukan doa kepada nabi Isa dan ia tidak mesti diserahi
hak yang pada dasarnya hak kebesaran Allah.
Kita juga tidak perlu meragukan,
bahwa nabi Muhammad saw. memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah seperti
halnya nabinabi yang lain. Meskipun nabi Muhammad memiliki kedudukan mulia,
kita dilaranag bertawassul dengan kedudukan itu. Untuk itulah, kita dilarang
berdoa dengan redaksi: "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu berkat kemuliaan si
Fulan, atau berkat martabatnya di sisi-Mu." Pasalnya, kalimat doa seperti ini
berarti mengagungkan `fulan' tersebut. Sedangkan yang berhak diagungkan seratus
persen adalah Allah. Adapun hadits Rasulullah yang mengatakan dengan redaksi:
"Apabila kamu berdoa kepada Allah, mintalah dengan menyebut kedudukanku,
sesungguhnya kedudukanku mulia di sisi Allah", merupakan hadits yang
maudhu' (hadits palsu, hasil karangan manusia, atau ucapan seseorang yang
disandarkan kepada nabi Muhammad). Hukum hadits maudhu' dilarang
meriwayatkannya kecuali disertai keterangan status hadits tersebut sebagai
hadits maudhu'.
39
Adapun maksud kalimat "termasuk
orang-orang yang didekatkan" dalam ayat yang sedang dibicarakan, bahwa nabi
Isa adalah orang yang mendapat kebahagiaan, mendapat keistimewaan kedekataan,
martabat yang tinggi di surga yang diterangkan sebagai balasan amal kebaikan
dalam ayat: "adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan
(kepada Allah), maka dia memperoleh rezki serta surga
kenikmatan." 40 Kedekatan di sisi Allah adalah martabat
tertinggi, yaitu martabat para nabi, para shiddiq, para syahid, orang-orang
shalih yang dinyatakan mendapat pahala dalam firman Allah: "(yaitu) mata air
yang minum dari padanya orang-orang yang didekatkan kepada
Allah." 41 Wallahu'alam.
|
|
34.
QS. Ali `Imran 3 : 45.
35. QS. Ali `Imran 3 : 39.
36. QS. an-Nisa' 4 : 171.
37. QS. Ali `Imran 3 : 59.
38. QS. Yaasin 36:82.
39.
Syaikhul lslam Ibnu Taimiyah, dalam risalah `Qa'idah Jalilah fi at-Tawassul
wa alWasilah' halaman 147, menulis
tanggapan terhadap hadits tersebut: ...ini bukan hadits, tidak ditemukan dalam
kitab-kitab hadits kaum muslimin yang mendapat keabsahan dari ulama hadits.
Perkataan ini juga tidak pernah ditulis ahlul ilm dan ahli hadits. Dan Syaikh
al-Bani, dalam buku `Silsilah al-Ahadits Ad-Dha'ifah wa a!Maudu'ah'
(seri hadits-hadits lemah dan hadits palsu) jld. 1 hal. 30, menulis: Hadits
ini tidak mempunyai dasar akurat.
40. QS. al-Waqi'ah 56 : 89.
41. QS. al-Muthaffifin 83 : 28.
|
|
|
Posting Komentar
Jika anda menyertakan link baik itu link hidup atau mati maka admin akan menghapus komentar anda..terima kasih