Bintaro -
Di kalangan Kristen, Pendeta Samuel Hermawan dikenal sebagai ahli
islamologi mantan Muslim. Namanya mulai naik daun ketika Samuel
menuliskan pengalaman rohaninya mengapa ia beralih meninggalkan Islam
dan kini menjadi pendeta. Dalam testimoni berjudul “Yesus adalah Tuhan
dan Raja,” Samuel menuliskan sbb:
“Saya
dulunya dari muslim tamatan sebuah pesantren dan Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Bandung. Saya ingin memberikan kekuatan untuk para
sahabat sekalian orang-orang Kristen bahwa apa yang kalian sembah itu
adalah benar-benar Tuhan dan Juruselamat. Yesus adalah Tuhan dan Raja
sesuai yang tercantum dalam Al Quran, Hadist dan Injil.”
Dalam sebuah dialog Islam dan Kristen, dusta Pendeta Samuel terbongkar. Ternyata dia bukan mantan muslim, terbukti karena ia tidak bisa baca-tulis Al-Qur’an. Pengakuannya sebagai ahli islamologi lulusan pesantren dan Sarjana Islam lulusan STAIN Bandung, adalah kebohongan besar untuk memuluskan Kristenisasi.
Dalam sebuah dialog Islam dan Kristen, dusta Pendeta Samuel terbongkar. Ternyata dia bukan mantan muslim, terbukti karena ia tidak bisa baca-tulis Al-Qur’an. Pengakuannya sebagai ahli islamologi lulusan pesantren dan Sarjana Islam lulusan STAIN Bandung, adalah kebohongan besar untuk memuluskan Kristenisasi.
Pendeta Samuel mengaku tamatan sebuah pesantren dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bandung...
Bermula ketika Indarwati, bukan nama sebenarnya, yang mempengaruhi kakak kandung, orang tua dan pamannya untuk masuk Kristen.
Empat
tahun yang lalu, Indarwati menikah secara Islam dengan seorang pemuda.
Seluruh keluarga Indar merestui pernikahan itu, karena beranggapan, sang
mempelai pria itu adalah seorang Muslim yang taat beragama.
Belakangan,
setelah Indar dikaruniai seorang anak, keluarganya baru tahu kalau
suami Indar adalah seorang pendeta. Namun ia tidak mengaku pura-pura
Muslim ketika menikah. Kilahnya, kekristenan itu ia terima setelah
pernikahan. Kini, Indar sudah berganti iman menjadi aktivis gereja,
mengikuti jejak suaminya. Bahkan seorang adiknya berhasil ditarik
menjadi seorang Kristen.
Ketika
Indar mempengaruhi Eddy, pamannya, untuk masuk Kristen, terjadilah
percekcokan ringan. Eddy paman adalah mantan aktivis PII (Pelajar Islam
Indonesia).
“Kamu ini, kok bisa-bisanya masuk Kristen dan ngajak-ngajak keluarga untuk masuk Kristen?” tanya sang paman.
“Ya.. karena sekarang saya tahu kalau Kristen itu jauh lebih baik dari Islam, paman,” jawab Indra santai.
“Siapa sebenarnya yang mempengaruhimu kok sekarang jadi seperti ini?” tanya sang paman lagi.
“Saya
tidak dipengaruhi siapa-siapa, paman. Tuhan Yesus sendiri yang
memanggil saya. Sekarang saya tahu bahwa Kristen itu kasih dan
menyelamatkan,” terang Indra.
“Apa buktinya kalau Kristen itu menyelamatkan dan lebih baik dari Islam?” selidik sang paman.
“Saya
tidak bisa menjelaskan secara detil, paman. Kalau Paman ingin tahu
jawabannya, nanti saya panggil pendeta saya. Pendeta Samuel Hermawan
adalah ahli islamologi, lulusan pesantren dan STAIN Bandung. Paman bisa
bertanya sepuasnya tentang kekristenan kepada pak pendeta,” jawab Indra.
Maka disepakatilah pertemuan dialog agama di rumah sang paman.
Ahad
malam, 15 November 2009, di Bintaro diadakan pertemuan sederhana. Tapi
sang paman tidak mau menghadapi sendiri. Karena penasaran, kok ada
lulusan pesantren dan sarjana Islam yang bisa pindah iman, maka ia
mengundang sanak saudara dan para tetangga. Tidak lupa, ia mengundang
Insan Mokoginta Wenceslaus, ustadz yang mantan Kristen.
Pendeta
Samuel Hermawan datang tidak sendirian. Ia itemani beberapa pendeta,
pekerja gereja dan beberapa jemaat setianya. Dengan dandanan yang klemis
dengan baju batik coklat yang dikenakannya, ia tampil sangat percaya
diri. Seluruh materi islamologi yang akan dipresentasikan sudah
disiapkan dalam laptop dan infocus, lengkap dengan seorang
wanita operatornya.Dialog dimulai pukul 8 malam, disaksikan lima puluhan
pendengar dari kalangan Islam dan Kristen.
Setelah
memperkenalkan diri, Samuel mulai menerangkan ketuhanan Yesus
berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Puluhan ayat Al-Qur’an ditampilkan di
layar infocus. Insan yang sudah tidak asing dengan makalah itu
menyela, “Maaf Pak Pendeta, paparan yang anda tampilkan itu sebenarnya
bukan pemikiran anda. Anda hanya mengutip brosur Kristen “Rahasia Jalan
ke Surga” yang memakai nama penerbit palsu Dakwah Ukhuwah. Saya sudah
menjawabnya dalam buku “Muallaf Membimbing Pendeta ke Surga” tahun 1999.
Meski tak bisa membantah bahwa presentasi makalahnya sama persis dengan brosur Dakwah Ukhuwah, Samuel kekeuh menyangkalnya, dan terus melanjutkan ceramah.
“Yesus
alias Nabi Isa adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Al-Qur’an
sendiri mengakui bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir.
Bahkan Yesus bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Mari kita
renungkan. Selain Tuhan, siapa yang bisa memberi nyawa kepada orang
mati. Karena Yesus bisa menghidupkan orang mati, maka dia adalah Tuhan,”
jelasnya.
Insan
membantah, “Saya tahu, ayat Al-Qur’an yang anda maksudkan adalah surat
Ali Imran 49 dan Al-Ma’idah 110. Tapi ayat ini jangan dibaca sepotong
saja. Bila dibaca secara utuh, seluruh mukjizat Nabi Isa itu selalu
diiringi dengan kalimat ‘bi-idznillah’ yang artinya dengan seizin Allah.
Jadi, seluruh mukjizat itu bukan karena kehebatan Nabi Isa, tapi karena
izin dan pemberian Allah. Karenanya, yang menyembuhkan dan menghidupkan
itu bukan Nabi Isa, melainkan Allah SWT,” katanya.Samuel
tak dapat membantah argumen ini, lalu beralih ke pembicaraan lain. Ia
menyatakan bahwa menurut Injil Lukas, tidak semua perbuatan Yesus
ditulis dalam Injil. Karena tidak ada kitab yang bisa memuat seluruh
ajaran Yesus.
“Tolong Pak Pendeta baca, Injil Lukas yang anda maksud tersebut!” tanya Insan menimpali. “Wah, saya tidak hafal ayatnya, Pak,” jawabnya singkat.“Tolong
pendeta yang lain atau jemaat membaca Injil Lukas yang dimaksud,” tanya
Insan kepada jemaat Kristen. Karena tak mendapat jawaban apapun dari
pihak Kristen, maka Insan menjawab pertanyaannya sendiri.“Sebetulnya,
ayat yang dimaksudkan Pendeta Samuel itu bukan Injil Lukas, tapi Injil
Yohanes 25:21. Kalau tidak percaya silakan baca ayat tersebut,” Insan
mempersilakan. Jemaat pun membaca ayat yang dimaksud, ternyata betul.
Mereka semakin gusar.
Ternyata Sarjana Islam Gadungan
Ketika
ingin membuktikan ketuhanan Yesus sebagai orang yang tahu hari kiamat,
Samuel mengutip terjemahan Al-Qur’an surat Luqman ayat 34: “Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat.”Penasaran dengan banyaknya kutipan ayat yang hanya dibaca terjemahannya saja, Insan minta Samuel untuk membaca nas Arabnya.
Nyalinya runtuh ketika dites membaca nas Arab Al-Qur'an. Ternyata Pendeta itu bukan lulusan pesantren karena tidak tahu baca-tulis huruf Arab...
“Pak Pendeta, dari tadi anda hanya membaca terjemahan ayat tanpa membaca nas Arabnya. Anda kan ngaku lulusan pesantren dan sarjana Islam, tolong baca nas Arabnya!” pintanya.
Tak disangka, permintaan Insan ini meruntuhkan nyali sang pendeta. Beberapa menit ia hanya memandangi presentasi di layar in focus. Mulutnya terkatup, sesekali ia memandangi jemaatnya, dan sesekali menundukkan wajahnya yang mulai memucat.
Jemaat
dan para pendeta yang hadir pun nampak gusar, malu dan salah tingkah di
hadapan puluhan hadirin Muslim. Pendeta Samuel Hermawan yang selama ini
mereka elu-elukan sebagai ahli islamologi, lulusan pesantren dan
sarjana Muslim, ternyata tak lebih pintar dari siswa TPQ (Taman
Pendidikan Al-Qur’an). Sementara hadirin dari pihak Islam sebagian
tertawa, sebagian geleng-geleng dan sebagian bertepuk tangan. Mereka
terheran-heran terhadap Samuel Hermawan yang ditokohkan dan dihormati di
gereja, padahal mereka selama ini dicekoki dengan kesaksian dusta.
“Pak
Samuel ini aneh sekali. Bagaimana bisa jadi pendeta dan mengaku ahli
islamomogi? Padahal anda tidak menguasai Bibel dan tidak paham
Al-Qur’an? Mana mungkin anda bisa memahami dan menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an untuk kepentingan kristenisasi, padahal anda tidak mengerti
baca-tulis Al-Qur’an? Tolong anda beragama yang jujur saja, jangan
menipu jemaat” kata Insan menasihati.
Situasi
dialog jadi tidak imbang, Insan yang jauh di atas angin, seperti dosen
menceramahi anak SD. Tepat pukul 10 malam acara diakhiri, tuan rumah
mempersilakan seluruh hadirin untuk menikmati makan malam yang sudah
disediakan secara mewah. Terlanjur malu, Pendeta Samuel dan seorang
pendeta lainnya buru-buru pamitan pulang meninggalkan para jemaatnya
yang sudah membaur bersama hadirin lainnya di meja hidangan.
Seorang
peserta yang sangat kecewa terhadap Pendeta Samuel berkomentar,
“Katanya lulusan pesantren dan sarjana Islam, gak tahunya seperti ayam
sayur,” kata pria berusia 60 tahun yang datang jauh-jauh dari Depok,
Jawa Barat. Ternyata Pendeta Samuel adalah "Drs" alias durung rampung
sekolah, toh. [taz/voa-islam]
Posting Komentar
Jika anda menyertakan link baik itu link hidup atau mati maka admin akan menghapus komentar anda..terima kasih