Pengalaman
mati suri bukanlah fen paranormal, melainkan dipicu oleh perubahan pada
fungsi normal otak, demikian menurut para peneliti. Para psikolog yang
meninjau berbagai fenomena seperti pengalaman keluar dari tubuh,
penglihatan terowongan cahaya atau pertemuan dengan kerabat yang sudah
mati, menyatakan bahwa itu semua hanyalah tipuan pikiran, bukan kilasan
pengalaman di akhirat. Para peneliti di Universitas Edinburgh dan
Cambridge menyebutkan bahwa sebagian besar pengalaman tersebut dapat
dijelaskan dengan adanya reaksi di otak yang dipicu oleh
peristiwa-peristiwa traumatis dan terkadang tidak berbahaya. Mereka
menyebutkan bahwa banyak pengalaman mati suri yang umum dapat disebabkan
oleh upaya otak untuk membuat rasa sensasi dan persepsi yang tidak
biasa yang terjadi selama peristiwa traumatis. Pengalaman di luar tubuh,
misalnya, dapat terjadi ketika adanya gangguan dalam proses
multi-sensori otak, lalu penglihatan terowongan dan cahaya terang bisa
berasal dari gangguan dalam sistem visual otak yang diakibatkan
berkurangnya oksigen. Studi baru ini juga menunjukkan efek dari
noradrenalin, suatu hormon yang dilepaskan oleh otak tengah yang, bila
dipicu, bisa membangkitkan emosi positif, halusinasi dan fitur-fitur
lain yang berkaitan dengan pengalaman mati suri. Berdasarkan sebuah
jajak pendapat Gallup, sekitar tiga persen penduduk AS mengaku pernah
memiliki pengalaman menjelang kematian. Pengalaman mati suri dilaporkan
di seluruh budaya dan dapat ditemukan pula dalam literatur di zaman
Yunani kuno. “Beberapa studi yang kami tinjau menunjukkan bahwa banyak
orang yang mengalami pengalaman menjelang kematian tidak benar-benar
berada dalam bahaya kematian, meskipun sebagian besar mengira demikian.
Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa semua aspek dari pengalaman mati
suri memiliki dasar biologis,” kata Caroline Watt, dari Sekolah Ilmu
Filsafat, Psikologi dan Bahasa. Penelitian ini dipublikasikan dalam
jurnal Trends in Cognitive Sciences. Kredit: Universitas Edinburgh.
Bagaimana dengan yesus..apakah yesus bener-bener mati..??
Lalu Berapa Besar Harga Tebusan Itu?
Tetapi, jika Yesus adalah bagian dari suatu Keilahian, harga tebusan
akan sangat jauh lebih tinggi daripada apa yang dituntut oleh
Taurat Allah sendiri. (Keluaran 21:23-25;
Imamat 24:19-21) Yang
berdosa di Eden hanya seorang manusia sempurna, Adam, bukan Allah.
Maka tebusan itu, agar benar-benar selaras dengan keadilan Allah,
harus tepat sama nilainya-seorang manusia sempurna, “Adam yang akhir.”
Maka, ketika Allah mengutus Yesus ke bumi sebagai tebusan itu, Ia
menjadikan Yesus sebagai sesuatu yang akan memenuhi keadilan,
bukan suatu inkarnasi, bukan manusia-allah, melainkan manusia
sempurna, “lebih rendah daripada malaikat-malaikat.” (Ibrani 2:9)
Bagaimana mungkin suatu bagian dari Keilahian yang mahakuasa Bapa,
Anak, atau roh kudus-dapat lebih rendah daripada malaikat-malaikat?
Artikel Lainnya
[random][fbig2]
Info Ringan
complex{fbig2}/Misteri,Sejarah,Unik
Posting Komentar
Jika anda menyertakan link baik itu link hidup atau mati maka admin akan menghapus komentar anda..terima kasih