Drama demi drama sering mereka suguhkan kepada masyarakat awam tentang
betapa "hebat" dan "mengerikan"nya mereka ini. Mereka adalah team khusus
yang dibuat untuk memberangus dan meredam aksi-aksi teror (baca: jihad)
yang dilakukan oleh para teroris (baca: Mujahidin). Tak satu pun media
luput dalam menampilkan aksi-aksi "heroik" mereka dalam menangkapi
kelompok-kelompok yang mereka labeli dengan sebuta teroris.
Namun yang terjadi di lapangan adalah justru bersebrangan dengan apa yang mereka pamerkan di media. Orang yang mereka anggap sebagai teroris berbahaya dan telah membunuh rekan mereka ternyata hanyalah seorang bocah yang usianya belum genap 20 tahun. Dan demi melumpuhkan seorang bocah yang masih tergolong sangat muda ini saja mereka harus menggunakan cara-cara yang tidak jantan! Dengan menenggak alkohol terlebih dahulu, mereka berusaha untuk "berperang" dengan seorang teroris bersenjata yang sangat berbahaya, pikir mereka. Lalu kenyataannya, ternyata si pemuda tadi tidaklah dalam kondisi siap dan tidak bersenjata, namun tetap saja image "teroris berbahaya dan bersenjata" lah yang menjadi satu-satunya alasan bagi densus untuk "memerangi" pemuda ini harus tetap dilaksanakan. Mereka pun dengan sadisnya menabrak motor pemuda tersebut hingga dia terjatuh. Tidak hanya itu saja, mereka pun membrondong pemuda tersebut tanpa belas kasihan sehingga dengan izin Allah pemuda tersebut pun menghadap Sang Pencipta dalam keadaan yang cukup baik. Namun begitu pun, walau si pemuda tidak bersenjata, dengan izin Allah si pelaku penembakan yang membabi buta ini juga ikut menyusul si pemuda (dikarenakan peluru dari sesama rekannya yang juga ikut andil memberondong si pemuda) dalam keadaan terhina dan terlaknat. Terhina karena dia telah membunuh seorang anak kecil tidak bersenjata, dan terlaknat karena telah membunuh seorang yang jiwanya diharamkan oleh Allah untuk dibunuh.
Inilah salah satu bentuk "keheroikan" yang sering mereka tampakkan di media-media. Tidak hanya sekali, bahkan berkali-kali mereka bersandiwara dengan adegan-adegan layaknya tengah menghadapi sebuah peperangan yang besar. Tak tanggung-tanggung, hanya demi menangkap seorang teroris yang tidak dalam kondisi siap saja mereka harus menerjukan sepasukan lengkap berikut dengan senjata dan berbagai pernik peperangan. Sungguh amat menggelitik dan memalukan.
Cerita "keheroikan" yang mereka bangga-banggakan dan sering mereka pamerkan berubah ketika ada sekelompok pemuda-pemuda pemberani yang menantang mereka untuk adu keahlian di medan perang. Sekelompok pemuda ini menantang setiap dari pasukan mereka untuk fight one by one layaknya pasukan perang sejati yang tidak akan berhenti berperang sebelum salah satu dari pasukan hancur dan binasa. Tidak hanya menantang, pemuda-pemuda ini membuktikan keseriusan mereka dengan memulai peperangan melalui penyanderaan 2 anggota densus yang berhasil mereka tangkap ketika keduanya sedang "menggambar" basis para teroris. Para pemuda ini mengancam akan membunuh kedua sandera ini jika mereka (densus) tidak mau meladeni permintaan mereka untuk berperang secara jantan.
Bak kehilangan muka, densus-densus ini pun menyarungkan senjata-senjata mereka, mereka diterpa ketakutan yang luar biasa sehingga malam-malam mereka senantiasa diisi oleh ketakutan demi ketakutan. Namun, image yang sudah terlanjur tersebar di masyarakat tidaklah boleh ternodai karena "tantangan murahan" ini, yang juga hanya dilayangkan oleh beberapa pemuda lemah dengan perbekalan dan senjata yang sungguh sangat jauh tertinggal dengan mereka. Kondisi-kondisi ini bagai buah simalakama bagi mereka, jika dibiarkan akan merana, namun jika dimakan akan membuat menderita! Akhirnya diambillah sebuah keputusan konyol untuk meminta tolong kepada "musuh dalam selimut" lama mereka, TNI.
Dibuatlah seolah-olah pemuda-pemuda yang melayangkan tantangan ini adalah kelompok radikal berbahaya yang akan mengancam keamanan negara ini (NKRI), lalu dilobby-lah petinggi-petinggi TNI untuk menerjunkan personilnya yang memang terlatih untuk melakukan perang. Bak kerbau bloon yang dicocok hidungnya, TNI pun dengan polosnya mau meluluskan permintaan dari detasemen khusus yang katanya sangat terlatih ini. Sungguh sangat ironis sekali!!!
Sungguh besar pelajaran yang akan kita saksikan dalam peristiwa kali ini, dimana sepasukan detaseman yang terdiri dari orang-orang pilihan dari yang terpilih, terlatih dari yang terlatih serta terbaik dari yang terbaik ini berubah menjadi banci yang sangat banci, pengecut dari yang paling pengecut serta penakut dari penakut yang paling takut!!!
Wahai kalian para banci yang mengaku pemberani, kemana senjata kalian dalam peperangan yang sejati?
Wahai kalian para pengecut, mengapa keheroikan dan keberanianmu menciut?
Wahai kalian penakut, pulanglah kalian dan tutuplah diri kalian dengan selimut!!!
Sumber : Forum Islam Al-Busyro.
Namun yang terjadi di lapangan adalah justru bersebrangan dengan apa yang mereka pamerkan di media. Orang yang mereka anggap sebagai teroris berbahaya dan telah membunuh rekan mereka ternyata hanyalah seorang bocah yang usianya belum genap 20 tahun. Dan demi melumpuhkan seorang bocah yang masih tergolong sangat muda ini saja mereka harus menggunakan cara-cara yang tidak jantan! Dengan menenggak alkohol terlebih dahulu, mereka berusaha untuk "berperang" dengan seorang teroris bersenjata yang sangat berbahaya, pikir mereka. Lalu kenyataannya, ternyata si pemuda tadi tidaklah dalam kondisi siap dan tidak bersenjata, namun tetap saja image "teroris berbahaya dan bersenjata" lah yang menjadi satu-satunya alasan bagi densus untuk "memerangi" pemuda ini harus tetap dilaksanakan. Mereka pun dengan sadisnya menabrak motor pemuda tersebut hingga dia terjatuh. Tidak hanya itu saja, mereka pun membrondong pemuda tersebut tanpa belas kasihan sehingga dengan izin Allah pemuda tersebut pun menghadap Sang Pencipta dalam keadaan yang cukup baik. Namun begitu pun, walau si pemuda tidak bersenjata, dengan izin Allah si pelaku penembakan yang membabi buta ini juga ikut menyusul si pemuda (dikarenakan peluru dari sesama rekannya yang juga ikut andil memberondong si pemuda) dalam keadaan terhina dan terlaknat. Terhina karena dia telah membunuh seorang anak kecil tidak bersenjata, dan terlaknat karena telah membunuh seorang yang jiwanya diharamkan oleh Allah untuk dibunuh.
Inilah salah satu bentuk "keheroikan" yang sering mereka tampakkan di media-media. Tidak hanya sekali, bahkan berkali-kali mereka bersandiwara dengan adegan-adegan layaknya tengah menghadapi sebuah peperangan yang besar. Tak tanggung-tanggung, hanya demi menangkap seorang teroris yang tidak dalam kondisi siap saja mereka harus menerjukan sepasukan lengkap berikut dengan senjata dan berbagai pernik peperangan. Sungguh amat menggelitik dan memalukan.
Cerita "keheroikan" yang mereka bangga-banggakan dan sering mereka pamerkan berubah ketika ada sekelompok pemuda-pemuda pemberani yang menantang mereka untuk adu keahlian di medan perang. Sekelompok pemuda ini menantang setiap dari pasukan mereka untuk fight one by one layaknya pasukan perang sejati yang tidak akan berhenti berperang sebelum salah satu dari pasukan hancur dan binasa. Tidak hanya menantang, pemuda-pemuda ini membuktikan keseriusan mereka dengan memulai peperangan melalui penyanderaan 2 anggota densus yang berhasil mereka tangkap ketika keduanya sedang "menggambar" basis para teroris. Para pemuda ini mengancam akan membunuh kedua sandera ini jika mereka (densus) tidak mau meladeni permintaan mereka untuk berperang secara jantan.
Bak kehilangan muka, densus-densus ini pun menyarungkan senjata-senjata mereka, mereka diterpa ketakutan yang luar biasa sehingga malam-malam mereka senantiasa diisi oleh ketakutan demi ketakutan. Namun, image yang sudah terlanjur tersebar di masyarakat tidaklah boleh ternodai karena "tantangan murahan" ini, yang juga hanya dilayangkan oleh beberapa pemuda lemah dengan perbekalan dan senjata yang sungguh sangat jauh tertinggal dengan mereka. Kondisi-kondisi ini bagai buah simalakama bagi mereka, jika dibiarkan akan merana, namun jika dimakan akan membuat menderita! Akhirnya diambillah sebuah keputusan konyol untuk meminta tolong kepada "musuh dalam selimut" lama mereka, TNI.
Dibuatlah seolah-olah pemuda-pemuda yang melayangkan tantangan ini adalah kelompok radikal berbahaya yang akan mengancam keamanan negara ini (NKRI), lalu dilobby-lah petinggi-petinggi TNI untuk menerjunkan personilnya yang memang terlatih untuk melakukan perang. Bak kerbau bloon yang dicocok hidungnya, TNI pun dengan polosnya mau meluluskan permintaan dari detasemen khusus yang katanya sangat terlatih ini. Sungguh sangat ironis sekali!!!
Sungguh besar pelajaran yang akan kita saksikan dalam peristiwa kali ini, dimana sepasukan detaseman yang terdiri dari orang-orang pilihan dari yang terpilih, terlatih dari yang terlatih serta terbaik dari yang terbaik ini berubah menjadi banci yang sangat banci, pengecut dari yang paling pengecut serta penakut dari penakut yang paling takut!!!
Wahai kalian para banci yang mengaku pemberani, kemana senjata kalian dalam peperangan yang sejati?
Wahai kalian para pengecut, mengapa keheroikan dan keberanianmu menciut?
Wahai kalian penakut, pulanglah kalian dan tutuplah diri kalian dengan selimut!!!
Sumber : Forum Islam Al-Busyro.
Posting Komentar
Jika anda menyertakan link baik itu link hidup atau mati maka admin akan menghapus komentar anda..terima kasih